Oom Nerkom termasuk seorang yang menentang segala bentuk perjudian. Apakah itu buntut, Nalo, Lotto, Toto Koni, Toto Raga, SDSB, Judi Kuda Singapura, etc. etc dianggapnya sebagai penyakit yang kronis. Ia belum pernah sekali juapun iseng-iseng beli buntut.

Oom Reakode : " Kritikmu tidaklah obyektif, Kom. " Kata seorang sobat kentalnya bernama. " Kritik akan lebih kena sasaran bila cukup punya penghayatan. " Yang mempertahankan argumentasinya.
Oom Nerkom : " Maksudmu ? " tanya Oom kebingungan.
Oom Reakode : " Kau sendiri belum pernah mencobanya. " Dan itu sama saja dengan seseorang yang yang mengatakan anti film picisan sambil belum pernah menonton sekalipun. Atau seorang yang berkata anti night club padahal ia tinggal dikampung, yang jauh dari keramaian kota. Kau mengatakan hal-hal negatif tentang buntut tapi belum pernah menghayati diri sendiri. Bagaimana argumentasimu itu mendapat dukungan ? "
Oom Nerkom : " Dengan observasi. " Sahut Oom kita. " Apakah seorang pengeritik selalu perlu menghayati secara person dalam mengajukan tiap persoalan ? Apakah kalau aku katakan anti perang, aku perlu berperang ? "
Oom Reokade : " Baiklah, akan tetapi engkau terlalu mengadakan generalisasi dalam mengkritik pemasang-pemasang buntut. " Karena banyak diantara mereka yang memasangnya semata- mata karena ingin tahu tok, just out of curiosity. "
Oom Nerkom : " Okay, memang mula-mula curious, ingin tahu, kemudian meningkat menjadi iseng-iseng, daripada menganggur ada duit kelebihan, setor kepada Indung bebenyit (Ibunya anak-anak), sehingga pada satu frekwensi tertentu " terupgrade " menjadi mencadu. Itulah yang aku takutkan. "
Oom Reokade : " Dan justru karena itulah aku katakan kritikmu itu subyektif, karena berdasarkan subyekmu sendiri yang sudah apriori anti buntut, padahal pada satu intensitas tertentu memasang buntut hanya bertaraf rekreasi. " mempertahankan pendapatnya secara gigih.
Oom Nerkom : " Oh alangkah riskannya rekreasi itu. Seperti rekreasi memasang merecon, atau petasan di tengah rumah. Yang sewaktu-waktu bisa meledak, membakar. "
Oom Reokade : " Oleh sebab itu kita pasang mercon kecil, atau petasan kecil, supaya nilai rekreasi tetap terjaga. " Katanya tetap ngotot bersilat omong.
Oom Nerkom : " Memang susah beromong denganmu, Bung. " Kata Oom nerkom. " Jiwamu sudah dibius dengan kode-kode dan hitungan-hitungan gilamu itu. Untuk membuktikan bahwa kau tidak bersikap seperti apriori seperti yang kamu katakan, untuk membuktikan bahwa kesempatan menang paling maksimum adalah 1 dalam 100.000,- kasus, inilah Rp 10.000,- coba pasang untukku. Kau sendiri yang tentukan nomor. Aku tahu pasti bahwa aku kalah. " Kata Oom Nerkom sambil melemparkan Rp 10.000,- kepada temannya.

Tiga hari kemidian Oom Reokade masuk ke kantor Oom Nerkom menyampaikan kemenangan undian lotere yang dipasang oleh Oom nerkom.

Oom Reakode : " Selamat Kom, nomor yang kamu pasang mendapat hadiah Rp 700.000,- dapat kamu ambil di agent. " Tersenyum penuh harap agar Oom Nerkom memberikan hadiahnya pada dia.
Oom Nerkom : " Ah..... Yang benar saja, aku tidak percaya !!! " Ia sungguh-sungguh merasa groggy.
Oom Reakode : " Tuh kom, apa yang gua katakan bahwa rekreasi ini menyenangkan bukan ?? Mengajak debat lagi dengan Oom Nerkom.
Oom Nerkom : " Memang kukatakan 1 dari 100.000 kasus peluang untuk menang, dan bukan 0 dari 10.000 kasus. " Kata Oom kita mempertahankan pendapatnya meskipun agak setengah-setengah karena kabar memenangkan Rp 700.000,- perak mau tak mau sangat menggembirakan.
Oom Reakode : " Jadi bagaimana hadiah ini, mana bagian buat aku... Hehehehehe.. " Tertawa tanda akhirnya dia memenangkan perdebatan ini.
Oom Nerkom : " Tapi baiklah kau catat bahwa ini adalah yang pertama dan yang terakhir kali aku memasang buntut. " kata Oom Nerkom. " Mana kuponya? " Duit adalah duit, apalagi bila muncul tanpa mesti peras keringat. "
Oom Reakode : " Mana dong, tipnya buat aku !!!! Dengan penuh kemenangan.
Oom Nerkom : " Nih modalnya 10.000 perak tip buat kamu. " Sambil berlalu keluar membawa kupon hadiah keluar dari kantor menuju agent lotere.

Iceu sedang membuat surat-surat yang harus dikirimkan di komputer, Oom Nerkom baru masuk kantor lagi setelah mencairkan kupon undian lotere di agent menghampiri Iceu dengan bahagia sambil bersiul.

Oom Nerkom : " Ceu, kamu masih sibuk ?? Sambil tersenyum minta ditaksir oleh si Neneng.
Iceu : " Aduh, Iah Pak, ini surat-surat masih dalam konsep sedangkan ini harus sudah dikirimkan kedaerah-daerah. " Jawaban Iceu sambil tetap menggerakan jari-jemarinya pada tuts komputer.
Oom Nerkom : " Sudahlah, besok saja ini sudah terlalu sore, masih ada hari esok " Tomorrow will be better. "
Iceu : " Tapi ini tanggung Pak sedikit lagi. "
Oom Nerkom : " Ceu, bagaimana kalau kita jalan-jalan, kebetulan ada film baru Jit Lee : Romeo Must Die. Sebentar lagi kan Oom dapat kenaikan eselon. Hayo honey... "
Iceu : " Okay, kalau begitu, kebetulan aku juga akan berbelanja ke super market mau beli Cardingan buatan Great Britain, dan seperangkat alat kosmetik. " Iceu tahu pasti Oom ini mudah sekali mengeluarkan uangnya bila dia mengajukan permohonan.

Pada Iceu dalam kesempatan " Kuliah bahasa Inggris " Di bioskop ia kemukakan rencana pengeluaran yang seper empat bagian itu yang karuan saja membuat si Neneng menghayalkan diri dalam cardingan pure wool made in Great Britain yang bakal tiba.

Oom Nerkom : " Seru yah film-nya, Meskipun mainya di Amerika si Jet Lee mainya masih seperti dalam Film Kungfu Master, mister Wong. " Kamu suka film ini ??? sepulang dari nonton film.
Iceu : " Ya.. yah..., Tapi film ini kurang romantis, teknik dan teknologi canggih karena sama dengan pembuatan film matrik. Ya.. yah bagus. " Dengan lemas ia mengomentari film tersebut.
Oom Nerkom : " Yah, lebih bagus dari pada film " Lethal Weapon " Sambungnya dengan bangga.
Iceu : " Yah, karena Jet Lee ketika itu bukan sebagai peran utama, hanya peran pembantu, Insert saja atau sisipan. " Dengan lemas dia mengomentari film tersebut sambil matanya sedikit-sedikit terpejam lelah karena seharian bekerja di depan komputer.
Oom Nerkom : " Ceu, kelihatanya kamu lelah, kita tidak usah ke Super Market kita langsung pulang saja, aku kira ini sudah terlalu sore. "
Iceu : " Jadi kapan aku dibelikan Cardingan pure wool in Great Britain. " Matanya jadi terbuka mendengar keputusan sepihak dari Oom Nerkom.
Oom Nerkom : " Biar nanti aku yang memberikan sesuai dengan keinginanmu. "
Iceu : " Yah, sekalian dengan alat-alat kosmetiknya Oom. "
Oom Nerkom : " Ya.. ya.. yah.. beres. "

Pada benak Oom Nerkom sudah tersedia program pengeluaran setengah dari uang itu, ia merencanakan untuk beli sebuah Walkman, seperempatnya untuk insentif pendekatan pada Neng Iceu, sekertarisnya yang secara langsung mengajukan permohonan membeli cardingan baru made in Great Britain, beserta seperangkat alat-alat kosmetik, dan sisanya bakal hadiah buat Tante Nerkom pada ulang tahunya minggu depan sebagai satu surprise. Itulah rencana anggaran Oom Nerkom yang cukup mencakup bidang-bidang efisiensi dan rekreasi.

Namun demikian pada pagi hari ketika ia akan mengambil hadiah Oom Nerkom kelihatan mencari-cari sesuatu.

Oom Nerkom : " Joni, dimana celana papi yang coklat ? " Ia bertanya kepada anaknya yang laki-laki.
Joni : " Tadi dibawa si bibi ke tukang penatu. " Jawab si Joni sambil memebaca majalah dan makan kacang tanah.
Oom Nerkom : " Sompret, sudah lama ia pergi ? "
Joni : " Sudah sejam. " Sahut Joni
Oom Nerkom : " Celaka. " Kata Oom sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. " Apakah tadi tidak diperiksa dulu kantong-kantongnya ? "
Joni : " Bi, diperiksa dulu kantong-kantongnya ? " kata Joni meneruskan pertanyaan ayahnya, pada bibi pembantu.
Bi Ijah : " Diperiksa tuan. " Kata bi Ijah di dapur sedang masak.
Oom Nerkom : " Celaka, Celaka paripurna. " Ia berkata lagi tapi kini ia agak berbisik. Ia teringat bahwa dalam saku belakang celana itu terdapat 2 buah sobekan karcis bioskop, bekas menonton dengan Iceu yang belum sempat " Diamankan. "
Kalau saja......
Sementara itu Tante Nerkom muncul.
Oom Nerkom : " Mih, kau tidak menemukan....... ? "
Tante Nerkom : " Ya, sebuah kupon Totoraga atau buntutnya dan 2 buah karcis bioskop kursi paling belakan A1 dan A2. "
Oom Nerkom : " Betul, Mih, kemarin aku nonton bersama Pak Amir. " Cepat-cepat menyela, melihat situasi sudah mulai gawat.
Tante Nerkom : " Dan hadiah ini untuk siapa ? kau pasti punya rencana, bukan ? " Tante Nerkom semakin menjuruskan seranganya.
Oom Nerkom : " Tentu saja, Mih, aku punya rencana. bukankah minggu depan kau berulang tahun ? kau boleh gunakan semaumu. Itulah hadiah ulang tahun untukmu. " Kata Oom Nerkom dengan mulut bersemangat tapi hati sempoyongan.
Tante Nerkom : " Betul semuanya ? " Tanya Tante.
Oom Nerkom : " Ya, semuanya. All is yours. " kata Oom pura-pura bersemangat.
Tante Nerkom : " Dengan rencanaku, Pih. Untuku : sebuah beauty kit, sebuah batik Sala Asli, satu setel panci, meskipun itu masih kurang, aku akan belikan sebuah sarung Cap Kaki Gajah dan sajadah untuk kamu sholat diluar uang " panas itu " supaya kamu sedikit bertobat, dapat beribadah, Allah Maha Pengampun. Dari pada uang itu dipakai tak karuan, lebih baik dimanfaatkan. Dan kalau ada sisanya untuk beli tape, untik beli....

Sisanya tidak terdengar lagi oleh Oom. Rencana untuk membeli " Walkman dan hadiah untuk Iceu terpaksa dipetieskan.

DRS. KARDUN & OOM NERKOM adalah tulisan Almarhum Drs. zainal Arifin
Hidayat, yang biasa beliau tulis dalam ruang relax golempang yang hadir setiap
bulan di majalah Suara Daerah Majalah Pendidikan dan Profesi Guru PGRI jawa
barat, dimana beliau sendiri sebagai perintis dan Pimpinan Redaksi Majalah Suara
Daerah, berhasil saya kumpulkan sebanyak 73 cerita, mulai dari Suara Daerah No. 5
tahun 1971 dan terakhir No. 88 Juli 1978, ceritanya cerita lama Kisah perjalanan
guru Drs. karta Dundawigena atau disingkat Drs. Kardun dan Pejabat sukses Oom
Nerkom.

Dengan latar belakang Demo guru dari PGRI Jawa Barat sebanyak lebih dari
20.000 orang ke Gedung MPR/DPR, Jakarta dan pada saat bersamaan ribuan guru
yang lain berunjuk rasa ke depdiknas dan depkeu, pada tanggal 18 April 2.000
membangkitkan ide pada saya untuk merubah cerita biasa perjalanan guru itu
dengan kejadian yang terjadi di tengah masyarakat, seperti tuntutan kenaikan gaji
pokok dan tunjangan fungsional guru hingga 500 %. Dan Drs. Kardun sebagai tokoh
lokal PGRI Cabang Legok Winaya ikut bagian dalam Demo tersebut. Drs. Kardun
adalah seorang guru teladan yang aktifitasnya tidak hanya sebatas ruang kelas
tempat dia menjadi "Raja Kelas" mengajar sejarah, tetapi dia adalah tokoh
masyarakat di Legok Winaya yang dihormati keberadaanya, tokoh PGRI yang ahli
pidato, jago bertutur dengan kata-kata, berdebat dalam diskusi, jago bahasa inggris
sehingga Pada saat kedatangan tamu dari Australia ATF (Australian Teachers`
Federation) ke Legok Winaya beliau sebagai interpreter darurat. Sebagai seorang
ayah, kepala keluarga, sebagai seorang seniman drama dan olah ragawan
khususnya sepak bola, bulu tangkis, catur dan voley.

OOM NERKOM adalah pamanya adalah seorang Direktur, yang sifatnya
seperti Hilter kecil di kantor, tapi sikapnya lucu, dan masih berjiwa muda, play papa
kepada lawan jenis khususnya Iceu, tetapi hanya just for fun, tidak sampai ke
Cassanova. Tetapi masih setia kepada isterinya Tante Nerkom (Vera), yang aktif
arisan dengan para pejabat elite dan pengusaha kakap. Jano anaknya memiliki sifat
yang sama dengan bapaknya dalam masalah dengan perempuan, sehingga saling
menarik dan menegang.

Sekolah merupakan masyarakat kecil lengkap dengan segala problimnya, dengan suka dan dukanya, dengan segala peraturannya. Dan insane-insan yang menyiapkan lahir bathinnya untuk berkarya di masyarakat ini yang dijuluki guru-guru, mestilah insane-insan yang tabah dalam menghadapi problem-problim terutama yang bernada minor. Kurang-kurang tabah, insane-insan itu ada harapan diberi sertifikat dokter untuk bercuti karena tekanan darah tidak normal atau badan tiba-tiba menjadi kerempeng tanpa segala jamu atau tablet pelangsing.
Sekolah tempat mengajar Drs. Karta Dundawigena (Kardun) alias yang punya lelakon berkarya, termasuk sekolah yang secara relative tidak banyak problem. Ini sama sekali tidak bermaksud mengatakan bahwa sekolah yang banyak problem “kenakalan” atau bahasa kerenya “Problem of Juvenile delinquency” adalah sekolah yang tidak beres. Karena beres tidaknya sekolah tidak tergantung kepada jumlah problem akan tetapi kepada para pemecahannya yang dapat menjamin terpeliharanya hubungan batin antara pendidik dan anak didik.
“Pak kardun, tolong mengisi di kelas II A, kebetulan Pak Edi sedang sakit, tapi beliau sudah menitipkan soal Matematika, bapak Kardun tinggal mengawasi saja !!” Kepala sekolah memberikan soal-soal matematika yang siap dibagikan kepada murid kelas II A.
“Baik Pak, akan saya laksanakan tugas tersebut, kebetulan saya mengajar pada jam pelajaran yang ke tiga.” Sambil menerima soal-soal ulangan matematika dari Kepala sekolah.
Jalil berlari menuju ruang kelas sampai di pintu dia berteriak mengagetkan teman-temannya yang sedang membuat rumus-rumus matematika pada secarik kertas, dan sebagian teman lainnya sedang mengerjakan latihan soal.
“Hure…hure..Pak Edi sakit, enggak masuk kelas, ulangan di tunda, sekarang pelajaran bebas !! ..”Bebas euy…!”“Hure…hure..” Cihuy…, bebas euy…”
Sebagian berdiri menyambut berita gembira itu, sambil melemparkan secarik kertas contekan berupa rumus matematika ke udara, sebagian dilemparkan ke temannya, sebagian lagi mengepalkan tinjunya dan mengucapkan “Yessss”
“Untung gua mah, tidak belajar tadi malam, habis ngantuk berat sih, sinetron tadi malam cerita yang terakhir… Si Dion akhirnya…….” Kata Minah yang ingin menjadi bintang film itu nyerocos menceritakan kepada Tutty.

Pak Kardun masuk ke Kelas II A, mengagetkan anak-anak yang sedang bergembira karena ulangan di tunda, berubah menjadi kekecewaan dan gerutuan.

“Selamat pagi, bapak mendapat tugas untuk menggantikan Pak Edi yang sedang sakit, akan saya bagikan soal ulangan matematika dan silahkan kerjakan yang paling mudah dulu, waktu sekitar 1,5 jam dan nanti dikumpulkan, selamat bekerja.” Pak kardun membagikan soal-soal ulangan matematika secara estafet dari depan ke belakang.
Pak Kardun mengawasi ulangan matematika sambil membaca surat kabar tentang kenaikan gaji guru yang akan dinaikan 300 % dan tunjangan fungsionalnya 500 % dan alokasi APBN untuk pendidikan dinaikan menjadi 35%.
“Dari pada untuk rekapitalisasai bank-bank bobrok yang katanya banyak bocor disana-sini lebih baik membangun SDM yang memadai dan jelas lewat pendidikan, guru sejahtera rakyat makmur sentosa” Pikir Pak Kardun dalam hati mengenang demo guru-guru di gedung MPR.
Ulangan sudah berjalan 20 menit anak-anak yang malas mulai bergerilya mencari contekan, rumus-rumus yang diselipkan mulai dibuka lagi….
“Hai Minah, apa-apaan itu matamu ?” Drs. Kardun sambil membelalak galak dari belakang kacamata. “ Jangan nodong, ya ngak becus mah, nggak becus saja.” Sambungnya sambil menggeser pantatnya karena terasa lagi gigitan beberapa ekor tumbila pada pantatnya.
Si Minah menunduk malu, mukanya kemerah-merahan karena kepergoki Pak Guru waktu menodong. Pak kardun pindah duduk kesebelah kursi tinggi agar lebih mudah mengawasi murid-muridnya. Pak Kardun memberikan nasehat :
“Matematika memang bukan pelajaran yang mudah. Terutama bagi siswa yang malas, yang baru membuka catatan kalau waktu ulangan telah mendesak.”
Pak kardun memang sukar dikibuli, semua catatan kecil yang dengan lihai dibuat oleh siswa, yang malas-malas untuk bahan penodongan dalam ulangan sukar dipergunakan. Mata Pak Kardun demikian tajam memergoki setiap kertas kecil yang muncul dengan perlahan-lahan dari lipatan buku dan tempat-tempat misterius lainya. Meskipun Pak Kardun sambil membaca sebuah surat kabar……. Seperti para pesulap The Master di acara tv, para Mentalist yang mampu membaca pikiran orang.
“Ait… Jalil, kalau nyontek pakai seni dikit dong !” Pak Kardun nyeletuk lagi sambil matanya tetap terpaku pada surat kabar.“Eeeh, tiddak pak, mau pinjam tepe ex” Jalil menyengir-nyengir sambil memegang kepalanya yang kosong. Usahanya untuk melirik pada pekerjaan Si Mohtar siswa terpandai dikelas mengalami kegagalan. Dia tidak putus asa.
“Pada suatu waktu aku mesti berhasil. Guru yang brengsek yang berlagak James Bond ini pada suatu waktu mesti lengah.” Kata Jalil dalam hati.Pak kardun membaca surat kabar lagi. Aanak-anak malas mulai siap-siap untuk melirik pada pekerjaan teman-temannya, meskipun mereka tahu bahwa temannya itu tidak lebih pintar.
Tiba-tiba semua mata tertuju pada pak Kardun. Dia menghampiri Sience anak tergenit yang sedang menunduk. Pak Kardun mengambil sebuah buku yang dipakai alas kertas ulangannya.
“Hmmmm ! Apa-apaan nih ?” Kata pak Kardun dengan wajah berkerut.
“Anu pak, buku…buku..pinjam pak.” Kata Sience dengan malu kepergok guru mentalist, tunduk kemalu-maluan. Sience dulu barangkali namanya Sinem atau Sinah.
Siswa-siswa meneruskan pekerjaanya dan mereka yang malas-malas meneruskan usahanya untuk mencontreng pekerjaan temannya. Hati mereka bertanya-tanya buku apa yang dirampas Pak Kardun dari tangan Sience.Pada waktu istirahat Sience dipanggil ke ruang kantor guru piket Pak Kardun, teman-temannya menanti di luar ruang guru.
"Buku siapa ini Neng ?" Sambil melemparkan buku tersebut di depan Sience (Introgasi ala Satpam pada pencuri)"
"Pinjam Pak" Dengan suara yang gugup
"Pantaskah kau bawa ke sekolah ?" Pak Kardun meminta penjelasan.
Sience : " Ti.....tidak Pak." Dengan terbata-bata.
"Mengapa kau baca ?"
"Sekedar ingin tahu saja, Pak." Katanya kemalu-maluan.
"Bukan untuk kau lakukan ? Hahahahahah, Sience, Sience ! Hahaha Anak sehijau kamu, bukan untuk kau lakukan ?"
" Eey si Bapa Mah" Dia mulai memamerkan kegenitannya. "Masa, atuh Pak."
"Awas ya, jangan kau baca buku cabul semacam ini. Malam Pengantin lagi. Hmmmm Hmmm ! Kamu toh masih pelajar. Buku tidak bermoral semacam ini. Hm hm ! Kau banyak baca buku-buku yang berguna, Sience, look at me !" Dengan satu gerakan buku itu sobek menjadi dua, dan sebentar kemudian melayang ke sebuah tempat sampah.
"Kau berjanji tak akan baca buku cabul semacam itu ya ?"
"Ya Pak." Katanya dengan pilu.
“Kau boleh pergi sekarang, bacalah buku-buku yang berguna. Zaman reformasi ini memerlukan bacaan yang bersifat membangun. Bukan blue books semacam buku sompret itu. Waktu aku muda belum pernah aku hamburkan nyawaku dengan bacaan sampah itu. Kau boleh pergi sekarang.” Khotbah Kardun kepada Sience.
Teman-teman Sience menyambut di luar ruang guru, dengan tertawa dan gembira. Pak Amin masuk ke ruang guru.
“Ada apa Dun, dengan Sience ?” Pak Amin bertanya sambil membawa Koran yang masih di baca Pak Kardun.
“Biasa dia ingin konsultasi, masalah kesulitan belajar di rumah.” Pak kardun menutupi masalah yang sebenarnya terjadi.
“ Oooh itu, saya kira dia berkelahi dengan temannya di kelas…” Sambil keluar kantor membawa Koran tanpa sepengetahuan Pak Kardun.
“ Pak, Pak Dulhamid tidak datang. Bapak saja sekarang yang mengajar.” Kata seorang wanita murid kelas IB dengan menongholkan kepalanya saja di pintu.
“Nanti saja, giliran bapak kan dua jam lagi, bapak mau istirahat dulu yah” Pak Amin nanti masuk ke kelas.” Katanya dengan tegas.
“Sompret ! Koran dipinjam si Amin lagi.” Gerutu Pak Kardun. “Mana harus menunggu 2 jam pelajaran lagi.” Mata Pak Kardun tertuju kea rah tempat sampah.
Diruang kelas Pak Kardun mendapat giliran mengajar.
“Coba Tina bantu Bapak mencatat soal-soal ini di papan tulis, kemudia kerjakan, dan nanti kita bahas bersama-sama jawabannya ?”
“Baik Pak.” Kata Tina.
Tina yang tulisannya paling bagus menulis soal-soal dipapan tulis, sementara Pak Kardun sedang membuka sebuah kitab yang tebal yang mereka kenal sebagai buku piket. Pak Kardun agaknya sedang membaca isi kitab yang tebal besar itu.
“Sompret !!” Dia tersenyum masam sendiri. Diantara dua lipatan buku tebal itu. Pak Kardun sedang asyik membaca sebuah buku kecil yang sudah sobek menjadi dua.
Syahdan pada suatu ketika Ibu Inah memergoki beberapa anak gadis sedang bercekikan sambil melihat beberapa buah foto, ternyata foto-foto itu adalah foto-foto adegan kotor ala Denmark. Bila yang melihat “ gambar-gambar Domba” itu adalah orang dewasa (siapa pula yang belum pernah melihatnya) niscahya sang ibu akan bertindak lain. Tetapi yang melihat justru anak perempuan siswa kelas satu dan diruang kelas lagi.
“Majalah apa itu Mience ?” Katanya dengan galak “Sini berikan pada ibu!!” Maka majalah kotor itupun dirampas sementara si siswa mendapat teguran dan nasihat.
“Bukan punya saya bu, saya menemukannya di halaman sekolah.” Keluh Sience.
“Ibu peringatkan, yah !! Jangan bawa buku-buku yang tidak bermoral, ke sekolah, apalagi membacanya !!” Sambil merampas buku itu “ Kalian kesini mau belajar, yah..bukan mencari hiburan, apalagi yang hiburan kotor ini.”
“Kami hanya menemukan di halaman sekolah bu, waktu kami olah raga, tapi bukan punya kami …betul bu.”
Ketika Kepala Sekolah mendapat laporan peristiwa itu, maka diambil keputusan bahwa pada hari Senin akan datang diadakan “Razzia”. Siapa tahu barangkali selain foto juga terdapat ganja atau benda-bendan narkotika lainnya.
“Setelah mendengar dari Ibu Ina, saya beserta Pak Kardun Wakil Kepala Sekolah memutuskan untuk melakukan Razzia yang akan dilakukan pada hari Senin pada saat upacara bendera” Kata Kepala Sekolah ketika rapat dengan para guru diruang rapat.
“Teknisnya bagaimana Pak, karena waktu upacara hanya sebentar ? Tanya Ibu Ina.
“Ketika upacara berlangsung, beberapa guru masuk kelas, satu, dua dan tiga kemudian memeriksa setiap tas siswa, siapa tahu ada yang membawa barang-barang narkotika, majalah porno atau VCD porno.”
“Bagaimana bila ada surat-surat cinta ?” Tanya Ibu Metty ibu guru muda yang agak centil.
“Surat cinta adalah sebuah kebebasan dan hak manusiawi, jadi tidak sama dengan foto cabul. Tapi ada baiknya bila saudara sekilas membacanya untuk bahan pengenalan lebih mendalam terhadap siswa itu dan mengetahui apakah cintanya itu “sehat” Atau “tidak”.” Kata sang Kepala Sekolah.“Mungkin Pak Kardun mempunyai pandangan atau pendapat mengenai masalah ini ?” kata Kepala Sekolah melanjutkan sambil melirik Pak Kardun yang terlihat termenung, setengah mengantuk.
“Secara psikologis “kenakalan remaja” anak puber tidak sama dengan “nakal” para Oom dan para tante. Kenakalan remaja bermula dari keingin tahuan yang sebenarnya merupakan salah satu unsur belajar. Tugas kita para pendidik ialah agar naluri ingin tahu hal-hal yang sudah diketahui (dan dilaksanakan) orang-orang dewasa jangan sampai mereka menjadi kecanduan sehingga ekses-eksesnya akan timbul.” Pak Kardun mengungakapkan kembali pelajaran Psikologi Pendididkan, yang dipelajari waktu kuliah di IKIP atau UPI (Universitas Padahal IKIP) sekarang.Arkian razziapun diadakan ketika para siswa sedang berbaris apel pada hari senin.
“Anak-anakku sekalian, bapak mohon pengertian dari kalian, karena ada satu hal yang sama sekali tidak menyenangkan telah terjadi disekolah ini. Maka kami akan memeriksa kantong-kantong anda sekalian. Kamipun tidak suka mengubrak-abrik milik orang lain. Akan tetapi apa boleh buat, ini adalah tugas dan demi ketenangan belajar para siswa sendiri. “Kalian harap diam dulu disini, karena kami akan mengadakan razzia ke kelas-kelas.” Kata Kepala Sekolah sang inspektur upacara dengan tegas.Perasaan terkejut dan cemas terbayang pada wajah-wajah siswa. Siapa pula yang senang milik pribadinya diperiksa orang, apakah itu legal atau tidak legal. Guru-guru masuk ke kelas-kelas.
Kardun mendapat tugas menggeledah kelas I B, bersama seorang ibu guru, Ibu Inah, yang kini merupakan seorang akseptor KB yang paling setia. Merekapun mulai menjalankan tugas.
“Bu, Inah agar penggeledahan berjalan lancar, kita bagi saja dua deretan bangku yang akan diperiksa. Ibu Ina di deretan sebelah Timur dan saya di deretan sebelah Barat. Setuju Bu..!!”
“Setuju sajalah..saya mah ikut suami saja..hahahah.?” Katanya dengan centil.
Setelah memeriksa beberapa deret bangku Pak Kardun dan Ibu Inah menyimpulkan tidak ada benda-benda yang masuk daftar hitam.“ Saya kira tidak ada hal-hal yang patut dicurigakan yang bisa mengecilkan hati. Hanya beberapa pucuk surat cinta, buku-buku nyanyian pop, beberapa majalah hiburan, uang kertas terselip disana-sini, catatan-catatan rahasia, rumus-rumus pembantu ulangan, bila kebetulan sang pengawas sedang lengah.” Kata Kardun menyimpulkan.
“Paling banyak tentang surat-surat cintrong dalam tas para siswa.” Kata Ibu Inah menyimpulkan hal yang sama.“Surat cintrong adalah benda pribadi yang paling aman bagi anak-anak untuk menyimpan rahasia pribadi, adalah wajar bahwa disanalah diketemukannya surat-surat itu. Mungkin menurut mereka bila disimpan di rumah niscahya orang tualah yang akan melakukan razzia terhadap surat-surat malang itu.” Kata hatinya sambil bahagia mengenang masa mudanya, yang punya julukan “Sang Romantis”
Tinggal sebuah bangku yang belum diperiksa Drs. Kardun. Sebuah tas wanita terletak diatasnya. Ia tenang-tenang membukanya untuk menjalankan tugas. Ketika membukanya ia mendapatkan sejumlah benda-benda yang benar-benar mencurigakan.
“Waduh gawat, tempat duduk siapa ini. Tablet-tablet “Nelstrin” dan beberapa alat yang termasuk daftar KB, terdapat disana. Sungguh mencurigakan ? Siswa wanita dengan pencegah-pencegah kehamilan.” Ia memutar otaknya, mengapa benda-benda untuk orang yang telah berkeluarga sampai terdapat di bangku siswa itu ? Jangan-jangan siswa putri itu ?
Drs. Kardun mengadakan penyelidikan lebih mendalam lagi terhadap isi tas itu. Ia tak sempat meneruskan tugasnya karena terlihat Ibu Inah berlari-lari menghampirinya sambil merebut tas itu.
“ Ey, Si Bapak etamah, punya saya…”

RIBUT  

DRS.KARDUN 0 komentar

Terlambat bangun menyebabkan yang punya lelakon Drs. Kardun, pergi ke sekolah tanpa sarapan dulu. Padahal sarapan merupakan satu service yang penting terhadap tubuh yang mesti dilaksanakan secara teratur. Pantaslah di lembur sinyoh-sinyoh , breakfast, onbijt, fruhstuk, merupakan bagian hari yang penting Dengan sarapan yang cukup untuk memberikan energi mereka siap memulai acara harian . Tentu saja tidak dengan jumlah yang berlebihan sehingga badan sulit diajak bekerja seperti sepeda motor yang kebanyakan oli dan bensin yang akibatnya “ngerebek” sukar distar.
Di rumah Pak Kardun di sebuah ruang kerja, Entin (Ny. Kardun) memasuki kamar kerja terlihat Pak Kardun sedang sibuk di meja komputer sedang membuat sebuah naskah.
“Pak sudah jam 03.00 sudah terlalu larut malam kamu belum tidur juga ?” Bu Kardun berusaha mengingatkan kerja keras suaminya yang melebihi kapasitasnya.
“Sebentar lagi selesai, tanggung ini naskah harus dikirimkan besok ? Dengan mata terjaga yang memerah sulit untuk terpejam.
Sampai pukul 04.30 adzan subuh, naskah baru selesai dikerjakan. Sesudah sholat subuh ia berdoa sambil ketiduran diatas sajadah. Pak Kardun masih tertidur dikamarnya, istrinya masuk membangunkannya.
“ Kang bangun sudah jam 6.30, kesiangan nih, aku harus mengantar anak-anak se sekolah, aku berangkat duluan”
“ Ya..yah duluan deh, kau berangkat duluan…” Dijawab dengan malas, dengan bola mata yang 25% terbuka, setengah sadar antara ingat dan ngantuk.
Ibu Kardun dan anak-anak berangkat ke sekolah, Pak kardun sendirian di rumah. Bangun kesiangan 20 menit. Jadwal rutin sebelum berangkat, mandi, baca koran, sarapan pagi terlewatkan. Sarapan pagi sudah habis oleh anak-anak karena ada acara makan di sekolah.
Arkian ketika ia berdiri di kelas itulah, pada jam pertama sang usus sudah mulai mengajukan usul-usul dan kecaman pedas dengan bunyi yang kesohor sepanjang masa. Sedangkan perut yang sedang berdangdut tidak karuan merupakan suatu hal yang tidak boleh dibiarkan. Dalam benak pikirannya ia berbicara :
“Salah-salah bias kejatahan sakit “maag” tanpa usul. Perut lapar apalagi tidak dapat dibawa bekerja. Kenakalan dan kerewelan usus biasanya membuat otak dan mata ikut tidak berkomunikasi secara normal dengan anak-anak dididknya” Kemudian ia mengatur strategi, agar dapat ke warung barang 10 menit.
Drs. Kardun telah mangambil keputusan bulat untuk menyabarkan sang usus. Sementara kelas sudah diberi bahan kegiatan untuk selama 10 menit, Pelajaran sejarah Dunia.
“Bapak akan memberikan tugas yang menantang masalah Revolusi Inggris soalnya antara lain ?
1. Keadaan dan peristiwa yang menyebabakan revolusi Inggris ?
2. Apa inti kejadian proses produksi yang mengakibatkan revolusi industri?
3. Apa akibat-akibat revolusi industri di Inggris?
4. Apa hubungan antara revolusi industri dengan berdirinya Partai buruh di Inggris?
“Silahkan di kerjakan di kertas selembar, nanti kita bahas satu persatu , Okey!!!”
Sementara yang punya lelakon langsung menuju warung Mang Ibin di belakang sekolah untuk memesan leupeut, rempeyek dan mie baso yang pasti dapat menghentikan dangdut intern. Bila tidak normal bisa menyebabkan tugas dilaksanakan secara serampangan dan mungkin dicampur ngambek, setiap insan kelihatan sifatnya yang asli. Tanpa polesan tanpa gengsi tanpa melihat apa yang disebut etiket. Pantas sinyo Britania mempunyai sebuah peribahasa “Hungger is the best sauce” lapar adalah bumbu yang paling jitu.
“Seorang guru tidak boleh lapar apalagi kelaparan dimuka kelas. Guru yang lapar mengajarnya tidak beres. Suka ngambek-ngambek atau ngantuk. Dan seorang guru yang ngambek sebaiknya jangan terus mengajar, istirahat dulu atau ambil “time out” seperti volley ball barang beberapa menit” Pikir pak Kardun melakukan jastifikasi atau pembenaran atas sikapnya itu, sambil memesan hidangan.
“Bi, biasa pesan baso, leupeut dan rempeyek jangan lupa saosnya !!!
“Biasa Den, pakai ceker ayam dan sosin…? Tanya bi Ibin.
“ Biasa weh bi…!”
Mang Oyo yang tahu Pak Kardun ada di warung menghampirinya.
“Maaf Pak, bapak Kepala Sekolah memerlukan bapak sebentar di kantor.”
“Memang ada apa mang?” Deangan herani bertanya.
“Kurang tahu …atuh Emang mah? Sambil makan beberapa kerat pisang goreng.” Kayaknya sebentar saja Den?”
Selamam lima menit Drs. Kardun sebagai wakil kepala Sekolah dan bapak Kepala Sekolah terlibat dalam sebuah perbincangan singkat.
“Assalamu ‘alaikum, ada apa pak?’
“ saya mendapat tugas dimnas ke Jawa Tengah, ada lokakarya selama tiga minggu, bapak Kardun nanti menjadi PJS Kepala Sekolah selama saya di Jawa Tengah !!!”
“baik Pak, akan saya laksanakan tugas berat ini !!!”
“Pak Kardun, nanti setelah mengajar menemui saya lagi ?”
“Baik pak” dengan sigap seperti tentara yang telah menyampaikan laporan bahwa upacara telah selesai. “Laksanakan”
Setelah selesai berbincang dengan Kepala Sekolah menuju warung untuk menyantap pesanan karya kebolehan Bi Ibin. Rempeyeknya terkenal empuk dan basonya mesti darurat akan cukup mampu menengkan usus Drs. Kardun yang tidak terlalau ogoan (manja) dalam soal makanan.
“Murid-murid pasti tidak tahu kalau aku nyelonong ke warung. Ke tahuan sedang ke warung pasti akan menyebabkan ketatnya disiplin sekolah yang sudah direntangkan menjadi terganggu. Ini sekedar untuk kali ini, hal yang sangat darurat, gara-gara tidak sarapan.” Pikir Kardun perlahan-lahan berjalan ke warung.
Drs. Kardun tiba-tiba di warung….ia menemukan dua orang siswa perempuan sedang jajan, padahal seharusnya mengerjakan soal yang ditinggalkan Drs. Kardun . Mereka nampak terkejut dan malu. Dalam hal disiplin yang punya lelakon terkenal streng.
“Ngapain kamu bolos disini ? Orang lain sedang asik bekerja.” Bentak Pak Kardun.
“Habis, lapar Pak.” Kata Nita sambil menyuap leupeut dan bala-bala kedalam mulutnya.
“Lapar ?” Apakah kamu tidak mengetahui peraturan yang mengatakan. Semua murid tidak boleh keluar kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung. Dan Kan bapak sudah memberikan tugas, apakah kamu sudah menyelesaikannya ???”
“Belum Pak, habis belum sarapan pagi pak.” Kata Tine yang mulutnya penuh dengan makanan.
“ Sekarang kamu masuk kelas dan kerjakan soal bapak.”
Dan selama lima menit penuh Drs. Kardun sibuk dengan nasehat-nasehat dan peringatan untuk kemudian kembali lagi ke kelas dan melupakan leupeut, rempeyek dan bakso ceker ayam untuk sementara waktu.
“Terus menerus mengajar sementara mata mulai berkunang-kunang dan perut berontak tidak banyak faedahnya.” Demikian dalam pikiran Kardun sambil memegang perutnya.

Pak Kardun masuk rumah dengan motor vespa hijau mungilnya, langsung bergegas ke ruang makan, menghampiri istrinya yang sedang masak di dapur.
“Mah… aduh lapar nih, dari pagi belum diisi dengan nasi !!! Sambil masuk kamar menggati pakaian kantornya.
“Habis akang bangun kesiangan, sebentar kang, nasinya baru setengah matang, paling juga 15 menit lagi !!! Sambil mengupas bawang merah yang membuat matanya berlinang air mata.
“ Aduh sudah tidak tahan nih, perut sudah berdangdut minta diisi !!! Sambil memegang perutnya.
“Yah, kalau sudah tidak sabar, ambil saja sendiri, tuh kayaknya kalau sayur lodeh sudah siap, dipanci.” Sambil kesal menyuruh suaminya self service.
Pak Kardun mengambil piring dan centong mengambil nasi setengah matang langsung dari langseng dan sayur lodeh dari panci. Dengan lahap dia makan seperti singa kelaparan.
“Tidak serasi sekalai… nasi setengah matang, sarur lodehnya kurang garam lagi…” berbicara sambil makanan penuh di mulut, nasi panas dan lodeh panas.
"Salah sendiri, ngak sabar sih, kalau mau nunggu nasi matang sayur enak harus sabar menunggu donk…” Istrinya dongkol pada suaminya 25 % marah.

Sebelum bnerangkat ke kantor , anak-anak sibuk mempersiapkan untuk berangkat ke sekolah, demikian juga ibu Kardun membantu mempersiapkan mereka. Pak Kardun membawa celana kantor yang sobek belum diperbaiki.
“ Mah… masa ini celana sobek sudah satu minggu belum kau perbaiki, hari ini aku aku harus memakai celana seragam ini, nanti celana dalamnya kelihatan donk.” Sambil memasukan celana kantor yang bolong di atas kepalanya sambil tersenyum kecut.
“Sini akau jahitkan, habis akang naruhnya dimana saja, waktu sudah mepet baru minta dijahitkan.” Sambil menarik celana kantor pak Kardun sambil menggerutu.
“Lho kok, kamu jadi sering marah-marah begitu …akhir-akhir ini.” Dengan nada melihat melihat sikap istrinya . “ Biar aku saja yang menjahit kalau kau tidak mau ? Biar sini.” Ia mulai kesal kesal juga melihat sikap istrinya hari-hari ini. Ia merebut celana dari tangan istrinya.
“Biar-biar aku bereskan.” Sambil pakaian itu ditarik lagi dari tangan suaminya. “Akang tahu beres saja.” Masih dengan nada marah yang meningkat menjadi 50 %.
Kamila menghampiri bapak dan ibunya yang sedang tarik menarik celana panjang kantor pak Kardun.
“ Papa sama Mama jangan berantem.” Sambil tangannya bertolak pinggang sebelah kiri dan tangan kanan menunjuk ibu dan bapaknya.
“ Enggak sayang papa sama Mama sedang latihan tarik tambang buat perlombaan.” Dengan perasaan malu pertunjukan mereka disaksikan oleh anaknya.
“Papa sama Mama janji mau belikan baju baru, buat ulang tahun Kaka nanti sore kan, Pap !!! Sambil mengharapkan persetujuaan papa dan mamanya.
“Yah, sayang nanti kita belanja bersama-sama , Oke !!! “ Tanda setuju.
“ Oke deh kalau begitu , kaka pergi dulu ke sekolah ?? Sambil mencium kedua tangan orang tuanya.

Pak Kardun sedang memimpin rapat PGRI di ancab Legok Winaya sampai sore belum selesai juga, Kamila dan Bu Kardun sudah lama menanti di teras depan rumah dengan hati yang was-was.
“Kemana Papa, kok belum juga pulang, kan sudah janji mau belikan baju baru sekarang ? Sambil menangis menghampiri ibunya. “ Pengen baju baru huhuhu….pengen baju baru uuuuuuu.” Menangis semakin keras.
“ Sebentar sayang, mungkin papamu sedang di perjalanan,… sebentar… sebentar juga dia sudah sampai ????
Sampai pukul 17.30 Pak Kardun belum juga pulang ke rumah. Pak Kardun baru masuk ke rumah dengan motor vespanya.
“Aduh maaf, papa harus rapat dulu di PGRI, ada masalah penting yang harus dibahas.” Katanya dengan meminta belas kasihan kepada istrinya dan anaknya.
“Gimana sih papa kan sudah janji.. mau beliin baju baru, papa ingkar janji lagi…” sambil menangis memukul papanya.
“Terlalu Pap, kita sudah menjanjikan membeli baju baru kepada Kaka sebulan yang lalu tapi akang cuma janji-janji sajaa !!!” Menambah dukungan buat anaknya.
“ Maaf,…ini tidak disengaja…bagaimana kalau besok sore, sekarang sudah malam ?” Sambil merendah, meredakan suasana.
“Nagak mau… pengen sekarang, ingin baju baru.” Sambil berlari kekamar tidurnya dan membanting pintu kamar.
“ Makanya Pap, jangan banyak bikin janji, pada anak-anak.” Mendukung sikap demonstrasi anaknya. Marahnya naik menjadi 100%.
“ Mah, aku kan sudah berusaha …, tapi inilah usahaku.” Berusaha membela diri tapi istrinya sudah lari tidak mendengarkan ucapannya. “Semuanya sama-sama penting, aku harus memilih dari semua yang penting dan ..aku bingung sekarang ini…hahh." Ia kesal menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Pak Kardun dan bu Kardun semakin sering terlibat dalam pertempuran-pertempuran di garis belakang. Anak-anak sering terpelongo ke heranan melihat Papa dan Mamanya yang sangat doyan kasih nasehat agar selalu akur dengan saudara-saudaranya itu, saling gasak dengan kata-kata galak, atau saling gembot dengan pelotot sebesar jengkol. Debat-debat kusir tanpa uang sidang yang sangat sering mereka selenggarakan apabila situasi sudah gawat.

Dua minggu kemudian setelah pertempuran agak mereda, pertengkaran yang membuat keduanya kelelahan. Pertengkaran itu jelek pikir mereka. Dan untuk mengharmoniskan keluarga keduanya sepakat dimeja perundingan mereka pergi ke tempat biro konsultasi keluarga dengan psikolog yang terkenal Prof. DR. M. Akur.
“ Sebetulnya ada masalah apa antara Pak Kardun dan Ibu ?”
“ Saya heran Pak Prof, istri saya ini akhir-akahir ini cepat marah…” sela Pak Kardun.
“Siapa yang marah, tapi siapa yang memulainya…?” Istrinya tidak mau menerima.
“ Yah sudah cukup-cukup, dalam buku saya yang berjudul “Rumah tangga dan perkawinan” Masing-masing Pak Kardun dan Bu Kardun harus ada toleransi, saling pengeertian control dan kritik diri yang merupakan resep yang paling mujarab, bahwa keharmonisan rumah tangga tak dapat dibina apabila salah satu pihak mau menang sendiri saja.” Dengan tenang sambil melihat ke kiri dan kekanan melihat Pak dan Ibu Kardun.
“ Sekarang Pak Kardun sampaikan kepada saya apa-apa saja kebaikan dari istri Pak Kardun, seperti misalnya dia itu setia,… suka membantu, ceria dst. Demikian juga Ibu Kardun sampaikan kepada saya kebaikan-kebaikan suami ibu. Semua itu maksud saya adalah bahwa orang itu tidak selalu jahat pasti ada sisi baiknya, kadang-kadang baik, kadang-kadang salah. “ Diferent situation diferent character.” Dengan meyakinkan pak Profesor berkhutbah.
Nasihat itu ternyata sangat manjur. Katup pembukanya sebenarnya adalah niat kami sendiri untuk memperbaiki perahu perkawinan yang sudah bocor karena gerogotan-gerogotan sengketa rumah tangga. Diprakarsai oleh niat kami untuk menambal bocor-bocor perahu perkawinan kami, maka segala nasihat itu kami jalankan dengan hasil yang maximum. Dan kenikmatan perkawinan terasa hangat apabila setelah badai sengketa mereda, matahari keharmonisan kembali bersinar, yang lima belas tahun yang lalu pernah diberi ikrar kasih tanpa reserve disaksikan bintang-bintang dilangit mendung.

Satu bulan kemudian, terbit dari keinginan untuk menjalankan, terima kasih meraka dan sekalian menikmati kembali secomot keindahan masa berduaan mereka berniat akan mengunjungi Pak Profesor pada suatu senja yang mencorong.
“ Mah, sudah lama kita tidk jalan-jalan bersama. Muter-muter keliling kota.” Sambil memegang tangan istrinya dengan mesra.
“Betul Kang, rasanya membosankan kalau di rumah terus-terusan.” Dengan manja dia bicara seperti waktu masih gadis.
“ Kamu lucu deh, cantik sekali, bagaimana kalu kita silaturahmi ke tempat konsultasi Prof. M. Akur, sesudah itu kita jalan-jalan ke Mall ?”
“Tapi bukan untuk konsultasikan, rasanya kita punya masalah lagi yang harus di selesaikan !!!”
“Tidak, hanya silaturahmi saja, sekalian mampir.”
Dengan sepeda motor sebuah vespa tahun 1975 tetap dijalankan “safe” menuju tempat praktek rumah Pak Professor.

Diperempatan lima tiba-tiba Pak Kardun melihat sebuah Mercy menuju utara. Seorang pria tengah umur dan seorang wanita muda yang cukup menarik.
“Pak Professor dengan ibu, sepertinya sudah pulang dari tempat prakteknya.” Kata pak Kardun pada istrinya yang rapat menempel dibelakang dengan suara keras karena suara motor si Dukun yang meraug-raung.
“ Kita langsung saja kerumahnya, Kang !!!”
“Aku tidak tahu Mah, dimana rumahnya tapi nanti aku Tanya Bung Kadir nanti dia akan memberi tahu kita rumah Prof. DR. Akur.”
“Kalau begitu kita langsung saja ke Supermarket, kita kan sedang jalan-jalan.” Sambil memegang erat pinggang suaminya.
“Sebenarnya aku belum kenal Ibu professor itu. Tapi aku yakin bahwa itu adalah istrinya. Terpaksa kita tangguhkan kunjungan sore itu. Karena kita tak tahu sampai jam berapa Pak Professor dan Ibu yang catik itu sampai di rumah.”
Beberapa hari kemudiah, setelah mengetahui alamat rumah bapak Prof. Dr. M. Akur.
“Mah, sekarang menurut perhitungan bahwa Bapak Prof. dan Ibu pasti ada dirumah ??? Alamatnya ku peroleh dari Bung Kadir yang pernah berkunjung ke sana.” Dengan gembira mengajak istrinya.
“Iyah,.. kesempatan yang baik kang, ayo kita berangkat sekarang.” Sambil berangkat ke kamar mempersiapkan pakaian.

Si Dukun (motor vespa) mereka simpan dipinggir jalan sebuah toko, tanpa dikunci. Karena toh bangsat mana pula yang mau menggasak sepeda motor setua itu. Dan kalaupun mencoba, masih disangsikan kesanggupannya untuk menjalankannya. Kami berjalan menuju rumah Pak Professor. Matahari sore bersinar lembut. Istriku makin nampak cantik setelah gencatan senjata itu. Mereka mendekati rumah Pak Professor.
Tiba-tiba mereka mendengar suara maki-makian, galak, cerewet dan lantang. Jelas keluarnya dari tenggorokan seorang perempuan yang sedang marah.
Kulihat perempuan itu keluar. Pendek gemuk dan sekitar berumur 40-an. Dengan bertolak pinggang ia melihat, atau lebih tepat melotot ke dalam rumah sambil tangannya yang gemuk-gemuk bertolak pada pinggangnya yang sukar dibedakan dengan pinggulnya. Ia marah benar nampaknya. Dan aku teringat saat-saat yang semacam itu beberapa bulan yang lalu sering kami alami.
“Pasti Pak Professor akan segera turun tangan untuk mendamaikan perempuan maha galak ini dengan suaminya.” Kata Pak Kardun kepada istrinya.
Istrinya terdiam mendengar suara itu.
“Ayooooo., keluaaaaaaaar, monyet tua !!” Ia melolong panjang. “ Sipeot yang tak tahu diri. Ayo keluar peooooT !” Aku minta cerai sekarang juga peooot !” Dan dengan gagahnya ia menantang ke dalam rumah.” “Tua bangka yang tak tahu diri. Peot-peot masih pacaran. Ayo ceraikan aku sekarang juga.”
Dan dengan lincah , mungkin karena marah sehingga mampu menggerakan gumpalan-gumpalan daging tubuhnya demikian cekatan. Ia masuk kedalam rumah untuk barangkali menyeret suaminya.
“Mah, tunggu saja disini dulu, sebentar. Kalau Pak Prof, ada di rumah kita langsung menemuinya, kalau tidak kita pulang lagi saja.”
“Si perempuan gendut itu menarik tangan, menyeret suaminya, yang tampak sangat ketakutan. Wah gawat…” Aku memalingkan muka. Adegan ini terlalu tragis untuk aku lihat. Aku tak tahan lebih lama lagi berdiri di tempat itu. Kutarik lengan istriku untuk kembali ke sepeda motor yang dengan taatnya menanti di pinggir toko.
Aku tak tahan melihat Pak Professor diperlakukan dengan kejamnya oleh istrinya.
“Mah, kita pulang saja. Pak Professor dan ibu sedang tidak ada di rumah….”






Oom Nerkom bercermin ditempat tukang cukur langganannya Mang Sarkoi, tersenyum, tertawa dan berpamer wajah ceria didepan kaca.

Mang Sarkoi : " Wah Oom lebih ganteng, seperti nampak 10 tahun lebih muda. "
Oom Nerkom : " Yah, aku akan memberikan surprise di kantor. Boss mereka muncul dengan mahkota baru, Berapa mang ? "
Mang Sarkoi : " Cuma Rp 30.000 saja. "
Oom Nerkom : " Jadi sekarang tarifnya naik !! sambil memberikan uang Rp 30.000,-
Mang Sarkoi : " Tukang cukur disini standar bayarannya dolar, jadi berfluktuasi tergantung dolar pagi dan dolar siang, naik berapa poin....begitu ! "
Oom Nerkom : " Kayak barang elektronik segala, pake bayar standar dollar segala, ini mah Buuk (rambut) bukan antena TV pake standar dolar segala. " Sambil memegang beberapa helai rambut. " ... " Ya tak apalah thank you. " Sambil berlalu meninggalkan si mamang cukur.
Mang Sarkoi : "Terima kasih, Oom. " Hehehehehe Kena tipu dia padahal harganya cuma 3 dolar atau 24 ribu...... untung 6 ribu perak.. " heheheheheh.. " Ngomong sendirian.

Oom Nerkom turun dari mobil dan masuk ke ruang kerjanya.

Oom Nerkom : " Iceu harus surprise, melihat gaya rambut ini? "heheheheheh... Sambil menyisir dikaca mobil yang mengkilat sambil bercermin.

Iceu : " Pak ada telepone interlokal dari Departemen di Jakarta, penting sekali katanya. " Sambil memberikan gagang telpone kepada Oom Nerkom.

Oom Nerkom segera memburu gagang telepon.

Boss Jakarta : " Saudara Nerkom."
Oom Nerkom : " Ya Pak Siap. "
Boss Jakarta : " Bapak Inspektur akan datang, siap untuk di inspeksi dalam waktu dua hari. " Tilpon interlokal itu singkat-jelas.
Oom Nerkom : " Ya Pak Siap. " Berubah wajahnya dari ceria menjadi serius.
Oom Nerkom : " Iceu panggil semua kepala Defisi, bagian TU, kita adakan rapat kilat. "
Iceu : " Baik pak akan segera saya hubungi. "

Semua kepala Devisi dan TU berkumpul untuk mendapatkan pengarahan kilat dari bapak kepala.

Oom Nerkom : " Bapak Inspektur Jendral akan datang dan kita jangan membuat bapak Inspektur Jendral menjadi ketus dan kecewa kita harus memperlihatkan keprofesionalan kita dalam bekerja, semuanya mesti siap dan akan cek and ricek langsung pekerjaan kalian, semuanya siap !!! "
Karyawan : " Siap... Pak. " Secara serentak.
Oom Nerkom : " Siap untuk diinspeksi dalam waktu dua hari. Meskipun dengan pemberitahuan ini segala sesuatunya harus disiapkan dan diada-adakan. " Kalo begitu rapat dibubarkan dan segera bereskan tugas-tugas kalian. "

Sehingga usaha tradisionil ABS (Asal Babeh Senang) masih dapat hidup dalam alam Reformasi ini, Oom masih sangsi apakah dalam waktu sesingkat itu aneka persiapan dapat dijalankan.

Oom Nerkom dan Iceu melakukan inspeksi, pertama melihat papan pengumuman, ia kecewa karena masih ditempel pengumuman yang sudah kadaluarsa, kecuali bahan celana yang baru tertempel selama 2 hari, muka Oom Nerkom nampak kecut.

Oom Nerkom : " Iceu, coba kamu lihat pengumuman-pengumuman yang sudah kadaluarsa..... Sudah 2 tahun masih menempel di sini. " sambil melotot lecewa.
Iceu : " Saya panggilkan, Mang Iding di panggil kemari. " Sambil melihat sekeliling di lantai yang masih bersih, Mang Iding mengikutinya dari belakang.
Oom Nerkom : " Bagus Mang cukup bersih, kamu masih bersemangat bergairah untuk membersihkan lantai ini. "
Mang Iding : " Yah, Gan. Sudah Mamang pel lantai ini 2 x, kemaren sore dan tadi pagi. "
Oom Nerkom : " Bagus-bagus kamu masih bersemangat, seperti semangatnya kamu pasang judi Toto Koni yah.. "
Mang Iding : "Yaya...yah, saya masih semangat memasangnya Gan. "
Oom Nerkom : " Dan kamu kemaren pasti menang undian Toto Koni, yah.. "
Mang Iding : " Yah Gan. "
Oom Nerkom : " Jangan pasang lagi yah.. haram itu hukumnya.. " Sambil berlalu meninggalkan Mang Iding.

Akan tetapi muka Oom menjadi masam, demi Sang beliau melihat tumpukan arsip-arsip surat, berdampingan dengan papan catur dan kartu gapleh.

Oom Nerkom : " Dadi, masa tumpukan-tumpukan arsip-arsip surat berdampingan dengan papan catur dan ini lagi kartu gapleh, berserakan dimana saja . " Sambil memegang papan catur dan kartu gapleh agar dipindahkan.
Pak Dadi : " Maaf Pak, itu tidak di sengaja bekas kejuaraan kemarin... " Sambil memelas.
Oom Nerkom : " Coba itu susun lagi arsip-arsip laporan sesuai dengan urutan laporan bulanan, berurut supaya mudah bila di Inspeksi bapak Injen, coba lihat aku laporan mingguan sekarang...... !!!! "
Pak Dadi : " Maaf Pak... Laporan mingguan belum semua masuk karena..... karena hari Kamis dan Sabtu libur jadi datanya baru datang tadi belum direkapitulasi.. "
Oom Nerkom : " Ahh... Itu alasan klasik, pokonya sekarang harus selesai laporan itu dan aku tunggu di Kantor. " Memberikan dampratan yang terakhir.
Pak Dadi : " Baik Pak, akan saya selesaikan laporan ini. "
Oom Nerkom : " Sahim...Sahim coba mana, aku ingin melihat laporan KAS, laporan Neraca Keuangan, Neraca Anggaran. "
Sahim : " Ini Pak laporanya. "
Oom Nerkom : " Aku periksa dulu, neraca Rugi Labanya, Balance tidak Debet dan Kreditnya, dan nanti kau ambil lagi di kantorku. " Sambil berlalu menuju kantornya.
Sahim : " Silahkan Pak, yah nanti saya ambil laporanya. "

Oom Nerkom keluar sambil menggerutu tentang pekerjaan karyawannya.

Oom Nerkom : " Pidato sebulan sekali tiap upacara bendera tanggal 17-an, tentang ketertiban dan disiplin agaknya belum cukup untuk menegakan disiplin. "

Semua terkejut ketika tiba-tiba Oom memanggil Sahim pemegang buku KAS. Sahim, seorang pegawai muda, terkenal jujur, bekerja keras dan teliti. Semua bertanya-tanya dalam hati. Apakah gerangan yang telah terjadi? Mustahil orang sejujur itu.

Oom Nerkom : " Waduh... Waduh.. gawat..., Sahim... Sahim.. " Sambil berteriak " Iceu panggil Sahim..... Cepat . "
Iceu : " Baik Pak. "... " Pak Sahim... Pak Sahim.. dipanggil Bapak Kepala cepat... "

Sahim dipanggil menghadap ke tempat Oom Nerkom secara pribadi. Muka Oom Nerkom nampak memerah. Didepanya buku kas. Hati Sahim berdegup.

Oom Nerkom : " Sahim. " Kau kukenal sebagai seorang yang teliti dan jujur. Aku sangat menghargai hal itu. Akan tetapi kali ini kau berbuat sesuatu yang tak ku sangka-sangka. "
Sahim : " Maksud Bapak ? " Sambil memberanikan diri.
Oom Nerkom : " Sahim, biaya kantor dari otorasi cuma Rp 1.250.000,- setahun. Tapi kau sudah keluarkan Rp 11.232.450,- Sebelas juta dua ratus tiga puluh dua ribu empat ratus lima puluh rupiah. Sahim, Sahim. Apakah yang telah terjadi, hendak kemanakan karier kita ? Apakah yang akan dikatakan Bapak Irjen nanti melihat keborosan ini? " Kata Oom dengan nada sedih.
Sahim : " Pak" kalau saya tidak hilaf, jumlah itu cuma Rp 1.232.450,-"
Oom Nerkom : "Mana bisa ? Lihat !" Sambil menunjuk angka itu. Pada saat itu pula sebuah senyum aneh muncul pada wajah Oom." Hehehe .., sudahlah, Aku mengerti sekarang."
Sahim : " Jadi, saya....... ? " Tanya Sahim keheranan.
Oom Nerkom : " Jadi kau boleh pergi. " Dengan muka masih memerah, cuma bukan karena marah lagi. " Kerjamu cukup bagus, kukira golongan III a bagimu akan segera ku usulkan. "
Sahim : " Terima kasih, pak, permisi. " Dengan masih keheranan.

Oom Nerkom niscahya tidak mau mengatakan bahwa sehelai rambut dari kumisnya yang baru di cukur telah jatuh kedepan angka, sehingga Rp 1.232.450 kelihatanya seperti Rp 11.232.450

Oom Nerkom : " Gara- gara kumis ini jadi saya ngerjain orang lain, kumis perusak anggaran. " Heheheheheh... " Sambil memegang sehelai kumis yang seperti angka satu.

Oom Nerkom sedang memeriksa pekerjaan laporan yang dibuat oleh anak buahnya yang menumpuk. Karyawan yang lain sudah pulang, tinggal ditemani oleh Iceu dan penjaga kantor yang sedang membersihkan lantai.

Oom nerkom : " Yah... Semuanya telah siap di inspeksi.. " Masih dengan wajah tegang.
Iceu : " Oom aku pulang duluan, sudah terlalu sore, sulit angkot nantinya ? "
Oom Nerkom : " Sebentar Ceu, aku agak sedikit stress aku butuh bantuanmu. "
Iceu : " Gak usah stress santai saja, hadapi saja..... It' Okay. "
Oom Nerkom : " Bapak Inspektur Jendral sebetulnya baik, hanya dia......... Sangat teliti dan........ " Ia masih terlihat tegang dan stress.
Iceu : " Sudahlah Oom jangan terlalu banyak dipikirkan, kita hadapi saja. Bagaimana kalau supaya Oom tidak stress kita jalan-jalan saja !!! " Okay !!! "
Oom Nerkom : " Yah..... " Tanda setuju " Kita Ke Holywood and Shoping, Okay !!!! "
Iceu : " Okay. " Dengan genit dia membalas.

SEMAKIN LARUT malam pesta itu pesta itu semakin menggila. Aneka pantat dari yang terpadat sampai yang tertepos bergengsot dalam irama musik ramai yang hanya dapat dinikmati oleh telinga orang yang paling tuli. Bedak dan lipstik serta wig mulai dilanda keringat.
Sebagai seorang insan yang serba " all round ". Oom Nerkom terlihat diantara mereka. Demikian pula Iceu, sekertarisnya.

Oom Nerkom : " Aduh ini suda terlalu malam... " Sambil melihat jam tanganya. Diantara musik diskotik yang kian menggoda pantatnya untuk berjoget.
Oom Nerkom : " Di rumah Ny. Nerkom, Jano dan Tuty menunggu aku harus punya rasa tanggung jawab sebagai seorang ayah. " Katanya dalam hati. " Aku harus pulang, aku biasa pulang. "
Iceu : " Bagaimana Oom, stress-nya sudah hilang.... " Sambil melenggok-lenggok. "
Oom Nerkom : " Semakin Okay-lah untuk menghadapi bapak Inspektur, tapi... "
Iceu : " Tapi kenapa Oom.. !!! "
Oom Nerkom : " Kita harus segera pulang agar besok kita konsentrasi bila ditanya bapak Inspektur jendral. " Oom Nerkom meraih tangan Iceu untuk mengajaknya pulang.

Dipintu ruang pesta dekat si Mamang portir yang tiga per empat mengantuk Oom Nerkom tertegun.

Oom Nerkom: " Anak itu ada di sana lagi. Sudah dua kali aku melihatnya di tempat ini. Apa yang akan terjadi apabila adegan semesra ini sampai ketelinga isterinya. Niscahya awal tahun baru itu akan diawali dengan perdebatan sengit. Mungkin pula dengan kembali pecahnya piring-piring yang membuat anak-anaknya pada ketakutan. " Bisiknya dalam hati.
Iceu : " Ada apa Oom, kenapa kelihatannya bengong !!! "
Oom Nerkom : " Akh... tidak apa-apa, kau duluan yah masuk mobil, nih kuncinya. Ini rasanya anak ini sudah aku kenal. " Sambil memberikan kunci mobil pada Iceu.
Oom Nerkom : " Pada pertemuannya yang pertama dengan anak ini, aku sudah mengorbankan satu kaleng Wybert, dan pertemuan berikutnya sebatang coklat kwalitas pertama diserah terimakan. Kini bocah itu ada disana lagi. Ia niscahya sedang berlagak " ditektif partikulir. " Mungkin pula Tante Nerkom telah mengupahnya untuk membuntutinya. Ia harus berusaha agar ia tutup mulut. Satu batang coklat tidak apa ia korbankan lagi. " Pikir Oom Nerkom sambil hilir mudik puntang panting bicara sendiri kebingungan.
Oom Nerkom : " Mau green spot ? " Mengawali percakapan.
Anak itu menggeleng kepala.
Oom Nerkom : " Coca cola ? "

Kembali ia menggelengkan kepala.Bebenyit itu niscahya berniat menaikan "tarif" pikir Oom Nerkom.
Oom Nerkom : " Kau tahu rumahku ? "
Anak itu mengangguk. " Celaka !"
Oom Nerkom : " Kenal sama Tante ? "
Ia mengangguk. Lebih celaka lagi. Niscahya sang isteri akan semakin mendapat dorongan untuk memperdengarkan suara cerewetnya yang lebih lantang dari suara Mohamad Ali, si jago tinju.
Oom Nerkom : " Kenal sama Oom ? "
Bocah : " Ya. "
Oom Nerkom : " Kau lihat Oom sama wanita tadi ? "
Bocah : " Wanita yang mana ? " ujarnya.
Kemudian Oom Nerkom sadar bahwa dalam dansa-dansi itu ia sudah beberapa kali ganti pasangan. Ini lebih celaka lagi. Bahan yang paling mantap untuk membuat Tante Nerkom meraung-raung seperti harimau sakit gigi.
Oom Nerkom : " Mau pistol-pistolan ? Mobil-mobilan ? "
Bocah : " Saya bukan anak ingusan. " Jawabnya, tersinggung.
Oom Nerkom : " Maaf. " Kata Oom Nerkom, sungguh celaka. Oom Nerkom yang begitu Hitler kaliber kecil di kantor samapi harus minta maaf kepada anak kecil.
Oom Nerkom : " Bagaimana kalau kau kuberi ....................... " Ia akan mengatakan Rp 50.000,-
akan tetapi takut untuk minta maaf pada anak ini untuk kedua kalinya karena tawarannya ditertawakan. Tante Nerkom mungkin memberinya lebih........
Oom Nerkom : " Bagaimana kalau kau kuberi Rp 100.000,-
Muka anak itu berseri-seri akan tetapi sesaat kemudian awan ketololan mulai membayangkan dimukanya.
Bocah : " Saya tidak mengerti. " Katanya.
Oom Nerkom : " Begini, nak. Kau akan kuberi seratus ribu perak. Akan tetapi kau harus tutup mulut, mengerti ? "
Bocah : " Belum "
Oom Nerkom : " Begini. Kata Oom Nerkom dengan kesal. " Kau jangan mengatakan apa-apa pada Tante Nerkom tentang apa yang engkau lihat disini ! Mengerti ? "
Bocah : " Ya. "
Oom Nerkom : " Bagus, Untuk itu kau kuberi Rp 100.000,- "
Mata anak itu bercahaya.
Oom Nerkom : " Nah. Ini. " Uang Rp 100.000,- berganti tangan. " Ingat, kita telah menjadi sobat. Tidak boleh kau bocorkan kepada siapapun juga. "
Bocah : " Baik, Oom. " Katanya seraya mengantongi uang itu.
Ketika Oom Nerkom akan naik ke mobilnya bersama Iceu. Ia kembali menghampiri anak itu. Ia masih belum merasa aman secara paripurna.
Oom Nerkom : " Aku kira kita telah bersahabat. Dan sebagai sahabat sebaiknya kita saling mengerti. Kau tidak perlu lagi menjalankan tugasnya. " Dalam kepalanya ia membayangkan bahwa Tante Nerkom isteriku. Sudah tiga kali kau kulihat membuntuti aku ke tempat sekarang ini. Sekarang hentikan tugas mata-mata keparat itu. Aku yakin honorarium dari padaku lebih besar dari pada wanita gemuk itu. " Kata Oom Nerkom dengan nada penuh kesal.
Tiba-tiba anak itu menyeringai penuh tanda kemenangan.
Bocah : " Saya sama sekali tidak membuntuti Oom. "
Oom Nerkom : " Bagaimana tidak, Nak. Kau memang mencoba mendapat upah dari kedua belah pihak, anak sayang. " Kata Oom semakin kekesalan.
Bocah : " Bagaimana mungkin Oom. " Katanya dengan tenang. " Saya sih bekerja disini. Sudah setahun lebih bertugas cuci gelas dan piring............... "

MEVROW Richard Sumbama yang kita kenal itu jangan salah tafsir, adalah WNI tulen bukan asal daerah Yang Tse Kiang atau sebangsanya. Makanya anda tidak perlu kuatir bahwa sang mevrow atau meneer ada sangkut pautnya tetali karuhun dengan sebangsa Richard Conte ataupun Richard the Lionhearted, Gatotkacanya lembur PM John Howard.

Bahwasannya ketenaran sang suami juga menempel atau ditempel sang nyonya, itu bukan suatu hal yang aneh yang perlu bikin kepala semakin puyeng. Karena itu adalah suatu yang aneh membudaya dalam konteks sosial RI menjelang melinium ke tiga ini. Tentu saja mesti dikecualikan wanita-wanita yang tenar dengan sendirinya, bukan beken boncengan.

Yang paling menghantui Mevrow Richard ialah profil fisiknya yang semakin menunjukkan kesuburan dan kemakmuran hidup, alias kian hari kian menjauhi profil masa belas tahunnya. Bahwa ini juga menghantui rekan-rekan searisannya, macan Mevrow Santokuyo jebolan Gama Fakultas Hukum tingkat ll, Mevrow Sar'an, asli dari Cianjur yang konon ada kaitan kewargian dengan salah seorang Kangjeng Dalem Jaman Nederlands Indie, Mevrow Johny Riwanterus asal
Tasik, tapi meneer dari pulau kecil di Maluku, Mevrouw Nerkom yang telah kita kenal dan Mevrouw Winata yang selalu datang ke arisan pakai Baby Benz. Akan tetapi mereka tidak segawat Mevrouw Richard, berkat usaha-usaha penanggulangan yang diikuti secara konsekwen.
Bagi Neng Rita, anggota termuda dalam kumpulan ibu-ibu, tentu saja gejala kegemukan ini belum menjadi masalah.

Ny. Richard sedang melakukan senam aerobik diiringi dengan musik yang keras, didalam rumahnya. Bernari-nari, meloncat-loncat, berjingkrak-jingkrak, Hap..hap, tu..dua..tiga ganti..., prok-prok sambil bertepuk tangan sendiri. Sambil membayangkan instruktur dihadapannya, berganti jenis musik dan berganti gaya dari Regae- Dang dut- Pop-Jaipongan. Tuan Richard masuk.

Tuan Richard : " Mih...pelankan suaranya.... "

Tetapi Tidak terdengar oleh Ny. Richard dia masih saja menari dimabukan oleh musik dangdut Evi Tamala. " Menangis karena Rindu. "

Nyonya Richard : " Menangis... menangis karena rindu, hap-hap tu dua tiga. " Sambil menggerakan badan yang berbobot satu kwintal itu berdangdut riang.

Tuan Richard mendekat menghampiri isterinya :

Tuan Richard : " Mih, pelankan musiknya.... Pelankan musiknya..... " Saking kesalnya tuan Richard mematikan musiknya.
Nyonya Richard : " Mau makan teringat padamu... mau tidur teringat padamu kekasihku..... " Sambil tetap bergoyang pinggul meskipun musik sudah dimatikan " Kenapa pih... kok matikan musiknya. " Bertanya heran melihat sikap suaminya.
Tuan Richard : " Mamih tidak merasakan aku ini lagi stress, lagi pusing nih.. aku harus mengerjakan dua pekerjaan secara bersamaan... aku sudah janji akan menyampaikan seminar di Medan, tapi aku sekarang dapat tilpon dari Jakarta harus menghadap Pak Dirjen. " Sambil memegang kepalanya.
Nyonya Richard : " Ach... itu saja kok repot, gampang saja U nyuruh saja untuk seminar itu Dr. Munir (Mr. Clear) dan kau berangkat ke Jakarta menemui Pak Dirjen. " Sambil melihat hasihl senam yang belum juga terlihat hasilnya pada tubuh gembrotnya.
Tuan Richard : " Betul juga...... " Dengan suara pelan " Kau memang banyak sekali gagasan bagus. " Memuji sang isteri.

Nyonya Richard menimbang berat badannya, tadinya bersemangat menghibur suaminya kini bersedih melihat berat badannya tidak berkolerasi positif dengan Senam aerobik dan konsultasi dengan dr. Mujarab.

Tuan Richard : " Kok mih belum terlihat hasilnya meski kau senam aerobik setiap hari, pergi ke dr. Mujarab 2 kali seminggu, dan minum belasan jamu pelangsing telah kau coba tapi belum mengurangi lemak-lemak dalam perutmu. "
Nyonya Richard : " Yah inilah masalahnya..pih. " sambil menghampiri manja kepada suaminya.
Tuan Richard : " Ingat mih ketika kita masih pacaran dulu. " Kini giliran dia menghibur isterinya. Kau begitu anggun, begitu molleg, begitu sexi, kau tidak perlu kalah bersaing dengan aktris-aktris lima - jutaan kita macam Neng Yatie, Doris ataupun Yenny waktu itu. "
Nyonya Richard : " Ah papih aku jadi malu.... " Sambil mengenang masa mudanya.
Tuan Richard : " Itulah sebabnya Meneer Richard Subarna sampai bertekuk lutut dengan seribu ikrar suci sampai hayat. Tapi apa kehendak dikata, sang hayat belum berakhir, naga-naga ikrar suci bersaksi bintang dilangit mendung itu, mulai pudar. Aku akan tetap setia pada mu oh honey. " Merayu Nyonya Richard yang mulai wajahnya memerah bahagia.

Arisan lagi dirumah Tante Nerkom sambil pembentukan Panitia kontes kecantikan Se Sekenyengsol.

Mevrouw Nerkom : " Pemilihan sebagai ketua panitia penyelenggaraan Kontes Kecantikan secara aklamasi kita memilih Merouw Richard, karena kita pandang bahwa beliau punya pengalaman malang melintang didunia Cat Walk ini, bagaimana ibu-ibu setuju !!!!!
Semua Peserta Arisan serentak mengatakan : " Setujuuuuuuu "
Mevrouw Nerkom : " Kalau begitu kami persilahkan kepada Mevrouw Richard untuk memimpin acara ini selanjutnya, silahkan Mevrouw Richard. "
Mevrouw Richard : " Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan ini, meskipun masalah ini berat tetapi ini adalah amanat yang harus saya emban, saya membutuhkan sebuah tim yang kompak dalam kepanitiaan ini.

Ibu ketua panitia membuat rencana dan menyusun kepanitiaan, budget, promosi dan konsumsi.

Setelah acara pembentukan panitia selesai tuan rumah mengajak para arisanwati untuk bersantap makan sore.

Mevrouw Nerkom : " Karena acara pembentukan panitia sudah selesai dengan rencana-rencananya, sekarang ibu-ibu kami persilahkan untuk mencicipi makanan ala kadarnya, silahkan ibu-ibu. "
Mevrouw Richard : " Wadduh, bagaimana ya, it's terribly memalukain ini my body yang kian gembrot ini. " Kata jebolan kursus bahasa Inggeris tingkat intermediate. Makanya tidak heran bila sewaktu-waktu unsur bahasa Sinyoh London akan hadir dalam percakapannya.
Mevrouw Santokuyo : " Lho, wong begitu saja belum 'appa, Pokoe' sehat. Itu sajja kan. " melipur rekannya.
Mevrouw Sar'an : " Iyaah, belum apa-apa eta mah. Malahan kelihatannya mah, Mevrouw Richard teh semakin dontoo, hihihiii. " Menghihihi dan turut menghibur. Dan ibu-ibu lainpun ikut menghihiii selama satu menit penuh.

Dan Mevrouw Richard nampak agak terlipur, sambil memandang badannya apakah masih ada bekas-bekas masa jayanya dulu seperti dikatakan teman-temannya.

Mevrouw Riwanterus : " Memang in elk geval U sebenarnya malah nampak " mollig ", Kata yang jebolan HIS dan MULO kelas ll itu.
Mevrouw Sar'an : " Atuh da zij mah tiap pagi senam, jadinya gemuknya juga gemuk donto juga. "

Tante Winata mendapatkan kesempatan berkata, karena dari tadi sewaktu mulutnya akan menganga selalu terdahului rekan-rekannya. Kembali suara hihihiiii berlangsung. Kali ini hanya setengah menit.

Mevrouw Nerkom : " Ayo ah. Itu makannya jangan dibiarkan. " Kata sang nyonya rumah.
Mevrouw Richard : " Sebenarnya I'm on diet. Kata dokter enggak boleh makan yang containing too much fat dan carbohydrate. Tapi kali ini ya, terpaksa gara-gara Mevrouw Nerkom sih. " Kata Mevrouw Richard yang sedang berdiet dan getol senam Orhiba (bukan senam pagi Indonesia yang kini mulai Pudar dari edaran). " Mungkin kalau sedikit it'll be okay. " Sambungnya sambil mulai beraktif menikmati hidangan lezat yang tergelar di atas meja.

Dan istilah sedikit Mevrouw Richard yang sedang berpantang itu tentu tidak sama dengan " sedikit " nya Neng Rita yang betul-betul jaga diri, Maklum isteri muda penggede ibu kota...........

Mevrouw Richard : " Jangan lupa ibu-ibu satu minggu lagi kita akan mengadakan rapat di rumah Mevrouw Winata, yah jangan lupa. " Nambah lagi dong lontongnya. "

Mevrouw Richard : " Silahkan Neng Rita menyampaikan laporanya sebagai seksi acara pada kontes kecantikan ini. "
Mevrouw Rita : " Terima kasih saya akan melaporkan jumlah peserta lulus seleksi 30 orang dari 10 kecamatan, tropi hadiah dari Ibu Bupati pemilihan Miss Sekenyengsol, hadiah berupa uang sebesar 5 juta dan menginap di hotel Indonesia selama 2 hari. "
Mevrouw Nerkom : " Yah, cukup banyak pesertanya dalam waktu satu minggu ini peserta sangat antusias juga ... yah.. " meminta persetujuan dari ibu-ibu yang lain sambil melirik kekiri kekanan.
Mevrouw Richard : " Bagaimana ada masalah lain ibu-ibu yang belum terpecahkan. "
Mevrouw Johny : " Saya kira masalah telah kita selesaikan bersama, sekarang kita tinggal menunggu hari H-nya saja. "

DALAM pertemuan panitia di rumah Mevrouw Winata kembali hidangan-hidangan lezat menguji ketabahan Mevrouw Richard.

Mevrouw Winata : " Ayo, ah masa dibiarkan saja mentang-mentang tidak ada apa-apa. "
Mevrouw Richard : " Waaaah, ada lagi godaan. Sebenarnya dr. Mujarab kasih advice not to eat too much. Maaf saja. " Kata Mevrouw Richard. " Saya minum saja. Ini tidak bergula toh ?"
Mevrouw Santokuyo : "Waaaah, kok minum tok. Kalok sedikit, ya tiddakk 'apa-apaa. Pokoke jangan lupa jamu Nyonya Meneer yang saya beritahuken pada Mevrouw. " yang jebolan Fak. Hukum Gama Tingkat dua.
Rita : " Dan senamnya jangan lupa. " Yang termuda yang nada satirisnya hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu.
Mevrouw Sar'an : " Pokoknya mah, tidak kelebihan. " Kata Mevrouw Sar'an, sambil menyinduk sayur gule kedalam piringnya di mana kerataan lontong mulai kering, sementara tadi kebanyakan sayur.
Mevrouw Nerkom : " Daripada kerempeng tidak sehat. "
Mevrouw Richard : " Waaah, susah kalau everybody membujuk saja. " Sambil menelan air liur. "
Yah, terpaksa but only a little, tidak banyak-banyak. Tapi bukan lantaran saya tidak menyukainya, tapi itulah kata dr. Mujarab jangan makan yang terlalu banyak mengandung lemak dan hidrat arang. Tak apalah kalau sedikit. " Katanya sambil menyenduk beberapa kerat lontong dan sedikit sayur gule. " Ya beginilah nasib orang berdiet. Untung saya agak tahan godaan. Hmmm !!! Sayurnya enak sekali. Tambah sedikit tak apa, yah sambil tanganya menjangkau senduk.
Mevrouw Winata : " Silahkan, banyak juga tidak apa, bukan tontonan ini mah, " Kata Nyonya rumah.
Mevrouw Richard : " Maaf, itu kerupuknya, Di Rita. "
Rita : " Lontongnya sekalian nambah, Zus ? "
Mevrouw Richard : " Ya, bolehlah. Jangan banyak-banyak. Empat-lima kerat saja. Thanks. " Waaaah, saya harus lebih tekun senam, nih gara-gara makan enak ini, dr. Mujarab bisa menggerutu lagi. "
Mevrouw Nerkom : " Biarlah dokter menggerutu asal jangan perut kita. "

Dan Dua menit kemudian istilah-istilah macam diet, senam, lemak, hidrat arang, gula dll, tidak lagi muncul dari mulut Mevrouw Richard yang kini kelewatan sibuk itu.

SEBAGAI seorang tokoh yang cukup terkemuka, Oom Nerkom diundang menghadiri babak final pemilihan Miss Sekenyengsol, bersama selusin tokoh-tokoh gede lainya. Kali ini Oom muncul bersama Tante Nerkom seperti juga Oom, ikut memegang peranan cukup besar dalam kehidupan sosial para nyonya di Sekenyengsol.

Tante Nerkom : " Pih, Kamu sudah baca undangan yang aku berikan kepadamu tempo hari tentang babak final Pemilihan Miss Sekenyengsol. "
Oom Nerkom : " Oh yah, aku sudah baca, tapi aku lupa kapan waktunya yah.. " Sambil tetap membaca koran sambil tiduran diatas sofa.
Tante Nerkom : "Ih, bagaimana ini Papi besok sore, papih harus mengantar mami, besok semua bapak pejabat dan ibu pejabat pada datang, masa papih sebagai tokoh di kota ini tidak datang. "
Oom Nerkom : " Beres...beres gitu ajah koq repot, papi antar besok sore. "

Ruangan tempat para Miss itu berpamer dihadapan para juri untuk meraih kedudukan Irene Sutanto kaliber Sekenyengsol telah penuh oleh para penonton yang menantikan keputusan siapakah yang akan keluar sebagai juara.

Neng Rita(sebagai announcer) : " Hadirin sekalian kami harapkan perhatian dengan tenang, pemilihan finalis Miss Sekenyengsol akan segera dimulai. Kemudian akan kami perkenalkan sederetan para calon Miss Sekenyengsol, yang pertama : Rita Boesye, Susan Epon, Marilyn Marpuah, Cindy Carsim, Julia Rohim dan Sheron Susanti. "

HATTA, para petandang pun mulai memperlihatkan kebolehanya di depan para juri, yang secara seksama memberikan perhatian paripurna terhadap aneka ukuran dan kebolehan para pendatang.

Oom Nerkom : " Waduh Nyi Bocih jadi secantik ini, wah gawat .... " Mendadak mata Oom Nerkom melotot sebesar jengkol. Sebabnya ialah karena Oom Nerkom melihat Nyi Bocih (dalam pemilihan itu memakai istialh Rita Boesye) berpamer di deretan yang diperkenalkan. Nyi Bocih pernah menjadi kapstok hati Oom Nerkom ketika hati Oom sedang diserbu beger mindo yang sangat gawat.
Tante Nerkom : " Siapa Nyi Bocih itu, Pih ???? " Tanya Nyonya Nerkom yang mulai cemburu gelagat suaminya.
Oom Nerkom : " Anu Mih yang jualan di warung nasi perapatan itu tapi aku kira dia bukan Nyi Bocih aku salah liat. " Hati Oom Gedebak-gedebuk. Karena tidak dinyana Nyi Bocih " melangit " secara tiba-tiba. Berjejer dengan saingan-saingan lain para bidadari Sekenyengsol pasti tidak akan terlalu groggy.

Dan mata Oom Nerkom semakin memusat ke atas pentas ketika giliran Rita Boesye alias Nyi Bocih tiba. Hal ini niscahya tidak menyenangkan Tante, yang sedari tadi memperhatikan polah sang suami.

Neng Rita : " Hadirin sekalian baiklah sebagai puncak acara kita akan mendengarkan pengumuman pemenang perebutan Gelar Miss Sekenyengsol pada tahun ini kami persilahkan kepada Ibu Ketua penyelenggara untuk mengumumkan para pemenang Ibu Richard Subarna. "

Penonton bertepuk tangan.

Tante Richard : " Baiklah hadirin saya akan menyampaikan pengumuman hasil dari keputusan para juri, juara pertama mendapat gelar Miss Sekenyengsol pada tahun ini adalah............ Cindy Carsim, dengan nilai 89 Juara kedua dengan Gelar Miss Personality Sheron Susanty, dengan nilai 88, Juara ke tiga dengan nilai 87,5 adalah Rita Boesye. "
Neng Rita : " Kami persilahkan Ibu Bupati untuk memberikan hadiah dan kenang-kenangan kepada para pemenang.

Meskipun tidak mendapat angka tertinggi ternyata Nyi Bocih tidak terlalu kalah oleh Miss-miss lain, paling tidak meraih unggul diatas Susan Epon dan Marilyn Marpu' ah yang punya potongan montok kelepasan.

ARKIAN ketika kontes selesai, secara sembunyi-sembunyi mata Oom Nerkom melesat ke arah Nyi Bocih yang turut berdesakan bersama penonton yang mau pulang. Secara kebetulan mata Nyi Bocih dan Oom berpapasan dan arus listrik semakin menjelajahi diri Oom. Namun ketika melihat Oom bersama permaisuri, maka Nyi Bocih berusaha mengubah sikapnya.

Nyi Bocih : " Aeh, Bapak. " Katanya di tengah desakan bubaran penonton dan wartawan.

Oom Nerkom tersenyum dan melambaikan tanganya, " Kebapak-bapakan, " untuk menghindarkan diskusi yang tidak ilmiah di rumah.

Arus penonton yang menuju pintu membuat mereka semakin berdekatan, yang akhirnya membuat Oom berdiri persis dibelakang Nyi Bocih yang karuan saja membuat Oom semakin uring-uringan karena semakin jelas bagi Oom bahwa Nyi Bocih sudah " meng Upgrade diri "

Oom Nerkom : " Waduh tambah sexy saja Nyi Bocih ini. " Katanya dalam hati.

Syahdan pada saat inilah terjadi insiden yang tidak di sangka-sangka itu. Tiba-tiba saja Nyi Bocih melotot matanya dan seraya menunjuk-nunjuk Oom Nerkom, tokoh gede kita ia menyeletuk :

Nyi Bocih : " Ai, masih saja cunihin tidak tahu malu. Pake nyubit segala ! "

Dan sebelum Oom mampu membuka mulutnya Nyi Bocih sudah menyusup diantara penonton lain, menuju keluar. Orang-orang lain yang tak tahu persoalanya pada melongo. Ada apa gerangan.

Oom dari tadi nampak gembira riang penuh gairah kini terdiam seperti bisu mendadak akhirnya setelah didalam mobil Oom dengan berat membuka mulut :

Oom Nerkom : "Gila perempuan itu. Padahal aku tidak menyubit, tidak apa. " Katanya kepada sang isterinya. " Sungguh Demi Allah. "
Tante Nerkom : " Diam mata keranjang. Yang nyubit bungaok tadi adalah aku. "